DEPARTEMEN PSIKOLOGI  UPI  GELAR SOSIALISASI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KDRT DI KABUPATEN INDRAMAYU

DEPARTEMEN PSIKOLOGI UPI GELAR SOSIALISASI PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KDRT DI KABUPATEN INDRAMAYU

Civitas akademika Departemen Psikologi UPI foto bersama panitia KPI Jabar

Dalam rangka Program Pengabdian kepada Masyarakat, Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia bekerja sama dengan Koalisi Perempuan (KPI) Jawa Barat pada hari Rabu, 7 November 2018 lalu, menggelar acara Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).  Kegiatan ini diselenggarakan di Hotel Wiwi Perkasa Indramayu dengan peserta Tim Penanggulangan KDRT yang terdiri dari Ibu-ibu PKK se Kabupaten Indramayu, LSM, ormas, dan agamawan. Acara dibuka oleh Dra. Hj. Lily Ulyati, MA., Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Indramayu. 

Dalam sambutannya, Dra. Hj. Lily Ulyati, MA. menyambut positif dan menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas dipilihnya Kabupaten Indramayu dalam kegiatan Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan KDRT oleh Departemen Psikologi Universitas Pendidikan tersebut. Sosok yang sebelumnya menjabat Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu  ini berharap kegiatan ini dapat memberikan pembekalan dan membuka wawasan pada peserta sehingga dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis masyarakat Indramayu terutama kaum perempuan.

Sebelumnya, Ketua Departemen Psikologi  Drs. HM Engkos Kosasih dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan Program Pengabdian kepada Masyarakat yang rutin dilaksanakan tiap tahun oleh Departemen Psikologi. Sedangkan bentuk kegiatan sangat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tempat kegiatan diselenggarakan. Menurut Kosasih, acara serupa pernah digelar setahun yang lalu (tahun 2017) di Pendopo Kabupaten Garut. Pada saat itu bentuknya tidak hanya sosialisasi tetapi juga pelatihan kepada tenaga relawan pencegah KDRT se Kabupaten Garut. 

Didepan lebih kurang 100 peserta yang hadir, Darwinih, S.Pd., Sekretaris KPI Jawa Barat, yang membawakan materi tentang Fenomena, Dampak Perkawinan Anak di Indramayu dan Dampak Sosialnya, mengungkapkan bahwa tingkat pernikahan usia dini di kabupaten Indramayu cukup tinggi. Hal ini menyebabkan rentan terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) karena rendahnya usia dan pengetahuan yang minim tentang perkawinan dan keluarga sehingga mudah muncul konflik yang berakibat kekerasan pada pasangannya.

 

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), menurut Muhammad Ariez Musthofa, pembicara kedua, adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dan lingkup rumah tangga. Menurutnya, definisi ini merujuk pada UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang  PKDRT 1. Menurut  Sekretaris Departemen Psikologi UPI ini, rata-rata korban KDRT adalah perempuan/istri. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor  dominasi laki-laki terhadap perempuan (patriarkhi), persepsi  lama bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, terutama secara fisik, keterbatasan akses ekonomi.  Sehingga seringkali KDRT merupakan siklus yang terus berulang disebabkan pihak korban yakni istri yang merasa tak berdaya akibat citra diri yang rendah.

Sesi terakhir disampaikan oleh Dr. Dra. Herlina Hasan, M.Pd., psikolog, yang mengulas tentang Peran Keluarga dalam Membentuk Sumber Daya yang Berkualitas. Menurut psikolog lulusan Universitas Indonesia ini, sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas perlu dibentuk sedini mungkin. Dalam hal ini, keluarga merupakan lingkungan utama yang berpengaruh dalam membentuk SDM yang berkualitas. Karena apa yang dilakukan oleh keluarga, dapat ditiru dan dilakukan oleh anak. Artinya, di satu sisi keluarga dapat membantu seseorang untuk menjadi  individu yang berkualitas baik. Sebaliknya di sisi lain, keluarga dapat pula memengaruhi individu menjadi seseorang yang berkualitas buruk.

Dengan mengutip pendapat Danim, mantan Ketua Departemen Psikologi ini menyebutkan bahwa SDM yang berkualitas ditandai dengan ciri-ciri pada berbagai aspek, yaitu: Aspek kualitas fisik dan kesehatan, meliputi: Kesehatan yang baik & kesegaran jasmani, postur tubuh yang baik, tingkat kehidupan yang layak dan manusiawi. Sedangkan aspek kualitas pengetahuan & keterampilan, terdiri atas: Kemampuan pendidikan pada jenjang lebih tinggi, tingkat ragam dan kualitas pendidikan serta keterampilan relevan dengan memerhatikan dinamika lapangan kerja, penguasaan bahasa, pengetahuan dan keterampilan iptek sesuai  dengan tuntutan industrialisasi. Adapun aspek kualitas spiritual meliputi: Taat menjalankan agama dan kepercayaan thd Tuhan YME, semangat yang tinggi dan kejuangan yang tangguh baik sbg individu maupun sbg masyarakat, jujur, yang dilandasi kesamaan pikiran, perbuatan, dan perbuatan serta tanggung jawab. (Ariez)

 

Leave a Reply