PROGRAM KAMPUS MENGAJAR SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN DARING DI SEKOLAH DASAR

Pada awal Maret tahun 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Semenjak kasus pertama ini muncul, virus Covid-19 terus menyebar secara masif di Indonesia. Karena hal ini, pemerintah bergerak cepat membatasi gerak masyarakat di ruang publik untuk menekan angka positif orang yang terpapar virus Covid-19. Mulai dari memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan Physical Distancing dengan cara menutup pusat perbelanjaan (mall), tempat rekreasi/wisata, rumah ibadah dan tempat makan. Selain itu, pemerintah juga memberlakukan PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh bagi siswa SD, SMP, SMA, hingga Mahasiswa.

Dari awal Maret 2020 hingga saat ini, seluruh siswa dan mahasiswa telah melakukan PJJ. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai interaksi pembelajaran. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan siswa dengan guru untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet (Kuntarto,E.(2017). Pelaksanaan PJJ dilakukan dengan memanfaatkan teknologi konferensi video dan juga internet. Aplikasi atau software yang biasa digunakan untuk PJJ diantaranya adalah Zoom, WhatsApp, Google Meet, Google Suites, Google Classroom, Microsoft Office, dan lain-lain. Perubahan antara belajar seperti biasa pada umumnya lalu beralih secara tiba-tiba ke pembelajaran daring membuat para tenaga pendidik, para siswa/mahasiswa, bahkan orang tua perlu beradaptasi secara cepat. 

Perubahan secara tiba-tiba dan keharusan beradaptasi ini menimbulkan stres pada semua orang yang terlibat dalam proses belajar-mengajar (Rostome, 2020). Dalam masa adaptasi ke pembelajaran secara daring ini, banyak sekali kendala yang muncul. Diantaranya adalah terbatasnya gadget untuk keperluan PJJ seperti handphone dan laptop, kekurangan biaya untuk membeli kuota internet, jaringan internet yang tidak stabil, kondisi rumah yang tidak kondusif, guru dan pelajar yang belum lihai dalam menggunakan teknologi digital, kesulitan untuk berinteraksi selama proses belajar-mengajar, kesulitan untuk fokus mendengarkan materi pelajaran, serta susahnya mencerna dan mengerti materi yang dijelaskan oleh guru. PJJ juga dinilai kurang efektif untuk memantau apakah para siswa benar-benar mengikuti pembelajaran atau tidak.

Untuk mengatasi segala kendala yang muncul selama pembelajaran dari rumah secara daring, pemerintah memberikan beberapa solusi dan bantuan untuk para guru maupun siswa. Yang pertama adalah, pada April 2020 pemerintah (dalam hal ini adalah Kemendikbud) menayangkan sebuah program Belajar dari Rumah (BDR) yang disiarkan TVRI. Program ini diisi dengan berbagai tayangan edukatif dan menyenangkan sebagai alternatif pembelajaran bagi peserta didik, orangtua, dan guru. Yang kedua, Kemendikbud juga telah mengeluarkan anggaran untuk memberikan kuota internet kepada para tenaga pengajar dan juga para siswa. Yang ketiga, Kemendikbud memberikan bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk 410 ribu mahasiswa, BOS Afirmasi dan BOS Kinerja diperluas cakupannya untuk sekolah swasta (bukan hanya sekolah negeri). 

Walaupun pemerintah telah bergerak dan berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi selama pembelajaran daring saat pandemi ini, tetapi masih ada masalah-masalah yang belum terselesaikan. Contohnya saja yaitu kurangnya kemampuan tenaga pengajar untuk mengoperasikan teknologi yang digunakan selama PJJ. Tentunya hal ini juga bukan salah mereka, karena perubahan yang cepat ini mengharuskan mereka untuk beradaptasi menyampaikan materi dengan cara yang baru atau tidak biasanya. Hal ini berimbas kepada para siswa yang tidak bisa mendapatkan pembelajaran dengan baik dan optimal. Para tenaga pengajar ini juga dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan materi saat pembelajaran daring agar para siswa tertarik untuk fokus mendengarkan materi. Tantangan untuk membuat anak fokus ini sangat dialami oleh para tenaga pengajar murid sekolah dasar. 

Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Brain Balance Center, disebutkan kalau rentang konsentrasi anak yang ideal adalah dua hingga tiga menit dikali usia mereka. Itulah periode waktu di mana seorang anak dapat mempertahankan fokus pada tugas yang diberikan. Jadi untuk anak usia 2 tahun, rentang konsentrasi idealnya adalah 4 – 6 menit, sedangkan 4 tahun adalah 8 – 12 menit, 6 tahun adalah 12 – 18 menit, dan 8 tahun di 16 – 24 menit. Hal ini menunjukan bahwa anak usia sekolah dasar mempunyai rentang fokus yang sebentar. Dimana tantangannya adalah bagaimana para guru mendapatkan perhatian anak untuk fokus terhadap materi pembelajaran dalam waktu yang singkat.

Tanggung jawab dan tugas para tenaga pengajar ini tidak hanya mengajar para siswa. Peters dikutip Sudjana (2002:15), Menyebutkan tugas dan tanggung jawab guru, yaitu: (a) Guru sebagai pengajar, (b) Guru sebagai pembimbing, dan (c) guru sebagai administrator. Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Dimana guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.

Tugas guru yang cukup beragam ini menjadi beban yang cukup berat untuk dijalankan selama pembelajaran daring ini. Hal ini dikarenakan guru harus bekerja ekstra agar para siswa bisa mengerti materi yang disampaikan melalui media daring. Maka dari itu, untuk membantu para tenaga pengajar yang kesulitan untuk melakukan proses belajar-mengajar secara daring, Kemdikbud mengeluarkan program Kampus Mengajar. Kampus Mengajar adalah bagian dari program Kampus Merdeka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan. Di program kampus mengajar, mahasiswa akan ditempatkan di sekolah dasar di seluruh Indonesia dan membantu proses belajar mengajar di sekolah tersebut.

Kampus mengajar ini sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak, bagi para siswa dan guru maupun bagi para mahasiswa. Mahasiswa akan membantu Bapak/Ibu Guru serta adik-adik Sekolah Dasar untuk mendapat kesempatan belajar optimal di kondisi terbatas selama pandemi. Selain itu, mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman mengajar maupun mengurus administrasi manajemen sekolah, mengembangkan kreativitas, melatih kepemimpinan, dan kemampuan interpersonal lainnya pengalaman ini.

Dalam program Kampus Mengajar, mahasiswa akan diajak untuk mengobservasi kebutuhan sekolah. Bantuan dan kegiatan seperti apa yang dibutuhkan sekolah tujuan. Setelah itu, para mahasiswa dan pihak bisa berunding bagaimana kegiatan akan berjalan. Misalnya, sekolah membutuhkan bantuan mahasiswa untuk memanfaatkan teknologi agar bisa membuat penyampaian materi lebih menarik dengan menggunakan software atau aplikasi tertentu. Contohnya lagi, misal sekolah membutuhkan bantuan untuk mendampingi para guru yang kurang bisa menggunakan teknologi. Itu akan sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengalaman saya sendiri, banyak sekali ilmu pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan selama program Kampus Mengajar selain membantu proses belajar-mengajar. Saya mendapatkan kesempatan untuk mempunyai pengalaman sebagai pustakawan. Karena waktu itu sekolah membutuhkan bantuan untuk mendata buku agar perpustakaannya bisa terakreditasi. Saya dan teman-teman mahasiswa lainnya mendata semua buku perpustakaan secara manual maupun digital. Melalui pengalaman ini, saya mendapatkan ilmu bagaimana cara melakukan akreditasi dan pendataan perpustakaan.

Selain itu, saya juga membantu manajemen administrasi data sekolah. Seperti memasukan data nilai-nilai rapor kelas 1 – 6 dan memasukan data siswa yang mutasi ataupun keluar – masuk. Pengalaman ini membuat saya mengerti bagaimana memanajemen data administrasi sekolah. Lalu, dikarenakan sekolah akan mengikuti proses seleksi ‘Sekolah Adiwiyata’, saya juga membantu mendata semua tanaman yang ada di sekolah dan memberikan deskripsi tentang tanaman tersebut beserta manfaatnya. Pengalaman ini sangat menyenangkan karena saya bisa banyak mengetahui macam-macam tanaman beserta manfaatnya. Selain itu, kegiatan ini juga bisa dianggap sebagai variasi dari kegiatan kampus mengajar karena kegiatannya full outdoor.

Selanjutnya, saya dan teman-teman mahasiswa lainnya juga ikut membantu para guru untuk membuat soal ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Kami membantu proses pembuatan soal, memasukkannya ke google form, dan ikut memantau proses pengerjaan saat nilai masuk. Yang terakhir, dikarenakan kami mempunyai guru pamong masing-masing. Kami ditugaskan untuk membantu apapun segala kebutuhan guru pamong. Mulai dari hal kecil seperti pengoperasian Google Meet/Zoom sampai membantu membuat RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran).

Semua yang kami lakukan untuk membantu para guru di sekolah adalah simbiosis mutualisme. Para guru bisa terbantu karena beban kerjanya berkurang dan bisa fokus untuk memaksimalkan pembelajaran daring dan lebih punya waktu banyak untuk memantau para siswanya. Sedangkan para mahasiswa bisa belajar banyak hal dari membantu para guru. Karena hal ini, program Kampus Mengajar bisa dibilang merupakan salah satu solusi atau pemecahan masalah pembelajaran daring saat pandemi.

Oleh: Farhana Sabita Ferlianti