KULIAH UMUM PSIKOLOGI 2019: MENJADI PRIBADI TANGGUH

KULIAH UMUM PSIKOLOGI 2019: MENJADI PRIBADI TANGGUH

Laporan Oleh: Ayu Kusuma dan M. Ariez Musthofa

 

Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (FIP UPI) dalam rangka menyambut Dies Natalis XV Departemen Psikologi menyelenggarakan Kuliah Umum Psikologi 2019 pada hari Rabu, 25 September 2019 dengan tema “Menjadi Pribadi Tangguh”. Acara yang digelar di Auditorium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UPI, menghadirkan Prof. Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen, Psi. Klin. sebagai nara sumber, didampingi moderator Farhan Zakariyya, S.Psi., M.Psi Psikolog, dosen muda Departemen Psikologi.

Acara yang diselenggrakan rutin tiap tahun ini, dihadiri Dekan FIP UPI, Dr. H. Agus Taufik, M.Pd, Ketua Departemen Psikologi, Dr. Sri Maslihah, S.Psi, M.Psi., Psikolog, Sekretaris Departemen Helli Ihsan, M.Si, beserta para dosen dan staf tendik Departemen Psikologi. Sedangkan peserta kegiatan ini terdiri dari 127 mahasiswa baru Departemen Psikologi angkatan 2019, dan 30 mahasiswa pengurus BEM KEMA Psikologi periode 2018-2019.

Ketua Departemen Psikologi, Dr. Sri Maslihah, S.Psi, M.Psi., Psikolog dalam sambutan acara pembukaan menyampaikan bahwa tujuan digelarnya kegiatan kuliah umum tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan akademik mahasiswa di  Departemen Psikologi, tetapi juga untuk menyentuh ranah afektif mahasiswa sehingga diharapkan mampu mendorong mahasiswa menjadi pribadi yang tangguh dan berkarakter.

Selanjutnya, Doktor lulusan Fakultas Psikologi Universitas Pajajaran ini juga berharap bahwa kegiatan Kuliah Umum ini dapat mencapai sasaran, yakni ilmu yang didapat mahasiswa dapat digunakan untuk membekali diri sendiri sebelum dibagikan ke orang lain. Sedangkan Dekan FIP, Dr H. Agus Taufik sebelum membuka kegiatan menambahkan bahwa tema Kuliah Umum ini dirasa tepat untuk dibahas guna menghantarkan mahasiswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Dengan belajar dari sosok Prof. Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen, Psi. Klin, Dekan berharap bahwa peserta kegiatan ini dapat  menemukan makna belajar, yakni hidup adalah menjadi pembelajar dengan karakter dan kepribadian yang tangguh.

Selanjutnya, mengawali materi, Prof. Dr. Sawitri menyampaikan bahwa kondisi sehat mental dan tangguh merupakan dambaan insan dalam membangun diri untuk menjadi pribadi yang sehat mental dan tangguh. Menurut mantan guru besar Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ini, orang yang sehat mental adalah orang yang bisa memberi dan mengatasi respon terhadap tekanan hidupnya selama rentang waktu usianya. Seseorang harus memberikan respon yang sesuai terhadap tantangan-tantangan yang ada. “Semua tantangan itu perlu, terutama tantangan untuk menemukan potensi pribadi” kata mantan Dekan Fak. Psikologi Universitas YARSI Jakarta ini.

Menurut pendiri Ikatan Psikolog Klinis Indonesia ini, tantangan yang sedemikian rupa tentu tidak bisa dilepaskan dari tekanan hidup. Terdapat 3 kelompok jenis tekanan hidup berdasarkan rentang usia, (Life-Stresor), yakni: 1) Stresor Katastrofik; 2) Stresor Perkembangan Jiwa; dan 3) Stresor Berlanjut.

Stresor Katastrofik atau disebut sebagai natural-disaster adalah stresor yang berkaitan dengan sesuatu yang terjadi tanpa terduga sehingga manusia tidak dapat menghindari (misal: bencana tsunami). Sedangkan, Stresor Perkembangan Jiwa, yaitu terkait dengan masa transisi yang dihayati sebagai stresor kehidupan yang sesuai dengan tugas perkembangan tertentu. Misalnya tahap perkembangan masa remaja yang banyak menghadapi aneka stresor untuk menuju dewasa. Adapun, Stresor Berlanjut merupakan stresor yang berkaitan dengan masa dewasa dalam menghadapi stres seperti menghadapi masa pensiun.

Lebih lanjut, Prof Sawitri menjelaskan bahwa orang sehat mental dicirikan dengan mampu menghadapi aneka stresor tersebut dengan melibatkan fungsi akal dan emosi. Dengan sifat hubungan yang resiprokal, atau saling mengisi antara akal dan emosi, maka orang dapat mencapai keadaan yang seimbang, sehingga seseorang mampu membuat solusi dengan waktu relatif singkat.

Pengasuh Rubrik Psikologi Harian KOMPAS ini juga menyampaikan bahwa apabila kondisi seseorang tidak seimbang, maka akan berdampak tidak baik, misalnya orang yang aspek emosinya menguasai rasio, dapat menyebabkan depresi serta sikap mengisolasi diri. Sementara kalau terlalu melibatkan akal, akan berdampak pada tingkah laku manusia menjadi seperti robot. Selain itu, menurut putri mantan rektor IKIP Bandung (sekarang UPI) alm. Prof Sadardjoen, keadaan yang tidak stabil dapat membuat individu berada dalam keadaan neurotik, yang ditunjukkan dengan sifat labil, psikosomatis, serta pemecahan masalah yang lama. Apabila keadaan ini berujung pada titik ekstrem maka akan memasuki keadaan psikotik, yakni keadaan yang dipenuhi halusinasi dan delusi.

Pada intinya, Prof Sawitri ingin menyampaikan bahwa pribadi yang tangguh ditandai dengan keadaan individu yang sehat mental, yakni individu yang bersangkutan mampu mengatasi berbagai kadar stresor kehidupan dalam waktu yang relatif singkat dimulai dari menciptakan kestabilan dengan menyeimbangkan kemampuan rasio dengan kebutuhan emosi.  Melalui cara tersebut, selain dapat menemukan solusi, manifestasi dari perilaku individu berkepribadian tangguh adalah perilakunya dapat sesuai dengan tuntutan serta harapan lingkungan. Seseorang yang sehat mental juga mampu memanfaatkan potensi-potensi dasar yang positif dalam dirinya menjadi optimal dengan melakukan manajemen stress. Dengan kata lain, menurutnya, kepribadian yang tangguh merupakan kepribadian ICE yakni melibatkan Integration dalam fungsi rasio, emosi dan fisik, Care akan kesediaan melayani lingkungan sosial di tempat individu berada serta Excellent dalam optimalisasi hasil integrasi antara rasio, emosi dan fisik. Dengan terus menerus belajar beradaptasi, instrospeksi, dan mawas diri, maka kepribadian yang tangguh akan terbentuk.

Antusiasme peserta kegaiatan cara yang berlangsung hingga pukul 12.00 WIB ini terlihat cukup tinggi, hal ini nampak dari banyaknya pertanyaan dari peserta pada sesi tanya jawab. Selanjutnya, acara yang dipandu MC, Devianti, mahasiswi Departemen Psikologi angkatan 2017 ditutup dengan doa dan diakhiri dengan foto bersama. (@yu&@riez).

Leave a Reply